Kamis, 14 Februari 2013

SMPN 4 Pekanbaru Persiapkan Jadi Sekolah Adiwiyata



PENGHARGAAN Adiwiyata adalah salah satu program Kementerian Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Penghargaan yang diberikan kepada sekolah-sekolah yang sudah melakukan program-program sadar lingkungan bertujuan agar setiap warga sekolah ikut terlibat dalam kegiatan sekolah menuju lingkungan yang sehat dan menghindari dampak lingkungan yang negatif.
Semangat kompetisi dan semangat kerjasama membangun sekolah yang berwawasan dan berkarakter lingkungan. SMPN 4 Pekanbaru sudah berupaya memulai langkah tersebut. Saat ditemui (17/1) kemaren, tim ForUs Riau Pos menemui Guru Pembina Lingkungan SMPN 4 Pekanbaru, Salim.
"Saat ini SMPN 4 Pekanbaru sedang memulai langkah dalam mewujudkan sekolah Adiwiyata,” tukasnya. Bahkan, pihak sekolah tengah menunggu SK (Surat Keputusan) pemberlakukan tim kegiatan pelaksanaan program sekolah adiwiyata.
"Beberapa program rutin yang sudah kami laksanakan saat ini adalah operasi semut dan pembersihan kawasan sekolah rutin ketika kegiatan belajar-mengajar usai dan penerapan beberapa mata pelajaran salah satunya mata pelajaran kesenian yang diaplikasikan dalam pemanfaatan barang limbah, seperti daur ulang plastik dan sebagainya," jelasnya.
Adapun langkah awal saat ini adalah dengan bekerjasama dengan beberapa sekolah di Pekanbaru ini yang sudah lebih dahulu mendapatkan adiwiyata, seperti SMA Negeri 1 Pekanbaru. Dengan kunjungan serta pembinaan pelaksanaan program-program lingkungan.
Perlu upaya ekstra dari warga sekolah khususnya untuk menjalankan program lingkungan ini. “Dan mudah-mudahan tahun ini SMP Negeri 4 Pekanbaru, masuk dalam kategori sekolah calon penerima Adiwiyata,” tambahnya. (melati-gsj/dac)




Transplantasi Terumbu Karang di Tahun Baru



PENYAMBUTAN tahun baru 2013 tidak selalu diidentikan dengan kemeriahan suasana kota. Salah satunya adalah dengan merehabilitasi dan mengkonservasi terumbu karang di pulau Kasiak, Pariaman Sumatera Barat. Inilah yang dilakukan kelompok mahasiswa pecinta olahraga selam yang tergabung dalam Marine Science Diving Club (MSDC) dari Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, mewujudkannya dengan cara melakukan transplantasi terumbu karang.
Pulau Kasiak merupakan salah satu pulau yang terletak di bagian utara kota Pariaman Provinsi Sumatera Barat. Pulau yang memiliki luas sekitar 1,5 hekater tersebut memiliki potensi terumbu karang yang lebih baik dibandingkan beberapa pulau lainnya yang terdapat di kota Pariaman. Selain itu, pulau yang tidak berpenghuni tersebut memiliki intensitas aktivitas warga masyarakat yang tergolong jarang, sehingga kesempatan untuk merehabillitasi terumbu karang yang rusak baik akibat hantaman ombak maupun perbuatan manusia akan lebih mudah direalisasikan.
Rombongan MSDC yang berangkat menuju pulau Kasiak dibagi dalam dua tim. Tim pertama merupakan peserta sertifikasi yang telah lebih dulu berangkat menuju lokasi, Rabu (26/12). Sementara tim kedua, tim yang beranggotakan peserta planula dan peserta umum yang berasal dari beberapa universitas dan fakultas yang berbeda, berangkat Sabtu (29/12) malam 20.24 WIB.
“Peserta Planula merupakan calon anggota MSDC. Istilah planula sendiri berasal dari istilah bibit terumbu karang. Sementara peserta umum berasal dari beberapa universitas, yaitu dari Universitas Islam Riau (UIR) dan Akademi Kebidanan Payung Negeri,” jelas Jefri Affandi anggota MSDC disela-sela perjalanan menuju pulau Kasiak.
Kegiatan ini juga dihadiri tamu undangan dari Satuan Brimob, Brigadir Sujarna SPd dan H Yusman Hakim dari Karang Taruna Kota Pekanbaru. Perjalanan menuju pulau Kasiak sendiri membutuhkan total waktu sekitar semalaman melalui jalur darat dengan menggunakan bus. Perjalanan darat berakhir di pelabuhan Muara Gandoriah Kota Pariaman, dan selanjutnya peserta harus menyeberangi laut selama kurang lebih setengah jam.
Setibanya di pulau Kasiak, Ahad (30/12), sambutan hangat dari para penyelam muda MSDC sangat terasa. “Selamat datang di pulau Kasiak,” sambut Surya Asri Simbolon, Sekretaris Umum MSDC. Bersama Surya, setelah mengemasi barang-barang dari atas kapal pompong, kami diajak mengelilingi pulau sekaligus memperkenalkan seluruh anggota MSDC lainnya yang tengah sibuk mempersiapkan alat selamnya.
"Meskipun telah disertifikasi sebagai penyelam yang memiliki sertifikat level A1, saya sangat berharap agar adik-adik dapat terus menjalankan cita-cita MSDC dan tidak berhenti di tengah jalan. Setidaknya, kedepannya diharapkan anggota yang telah tersertifikasi dapat memberikan kontribusi terhadap kemajuan MSDC serta menjadi panutan kepada anggota MSDC yang masih berada di level dasar,” pesan Harry Pranata yang merupakan salah satu tokoh pendiri MSDC dalam pertemuan itu.
Anggota yang ikut di lakukan penyematan pin sertifikasi dilakukan oleh H Yusman Hakim. Rona kekeluargaan yang diciptakan MSDC lebih terasa ketika acara makan siang berlangsung. Acara makan siang dengan menggunakan metode “dayung sampan” menjadi makan siang yang sangat unik.
Sebagai gambaran, metode makan “dayung sampan” ini merupakan susunan nasi beserta lauk pauknya yang disusun memanjang hingga beberapa meter dan hanya beralaskan kertas nasi tanpa peralatan makan lainnya. Dalam situasi ini seluruh panitia, senior maupun junior MSDC dan peserta umum bergabung menjadi satu demi memperkuat kebersamaan dan persatuan.
Tata cara yang sangat unik dalam menjaga kebersamaan bahkan ketika MSDC masih bernama Bala Selam Malaka (BSM). Rahmat Ramadhan SPi, alumni Ilmu Kelautan Universitas Riau yang merupakan salah satu tokoh pendiri BSM sedikit mengular sejarah berdirinya MSDC secara singkat. Pada awalnya MSDC adalah Bala Selam Malaka. Kemudian BSM diganti lagi menjadi Marine Diving Club (MDC). Namun karena terkendala kesamaan nama dengan club diving dari universitas lain, maka namannya pun kembali diganti dan ditetapkan menjadi Marine Science Diving Club.
Rahmat juga menjelaskan, bahwa kegiatan transplantasi terumbu karang yang diadakan di pulau Kasiak ini berawal dari harapannya untuk menjadikan pulau Kasiak sebagai laboratorium terumbu karang yang nantinya dapat dipergunakan mahasiswa maupun peneliti untuk mempelajari terumbu karang yang terdapat di sekitar pulau Kasiak tersebut. "Atas dasar ide ini, saya telah mencoba menjalin komunikasi secara informal bersama Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Pariaman, Ir Yanrileza MM. Beliau cukup antusias dengan ide ini, terutama status pulau Kasiak yang berada di zona inti kawasan konservasi kota Pariaman,” ujarnya menambahkan.
Transplantasi karang diawali dengan proses substrat dan meja substrat atau media yang berfungsi sebagai wadah bibit terumbu karang yang akan di tanam. “Setelah meja substrat selesai dirangkai, selanjutnya direndam selama kurang lebih setengah hari agar pengaruh bau semen dari subtrat hilang dan tidak mempengaruhi pertumbuhan karang,” tutur Mario saat memberikan materi transplantasi karang.
Selain itu, hal penting yang perlu diperhatikan adalah saat mengikat bibit karang pada substrat, bibit karang tidak boleh jauh dari air laut. Lamanya karang berada di luar air laut dapat menyebabkan bleaching atau pemutihan yang berakibat pada kematian karang. “Pertumbuhan karang hanya 1-2 cm per tahun, namun jika kondisi lingkungan memungkinkan, pertumbuhan karang bisa mencapai 4 cm per tahun,” jelas Ehdra Betha, anggota MSDC yang fokus penelitiannya juga mengarah pada terumbu karang.
Sementara Ketua Seksi Konservasi di bawah Bidang Pengawasan Pengendalian  Sumber Daya Alam Kelautan Perikanan Kota Pariaman (P2SDKP), Citrha Aditur Bahri, menjelaskan selain sebagai area konservasi terumbu karang. Pulau Kasiak juga merupakan salah satu tempat persinggahan penyu yang akan bertelur. Penyu termasuk fauna langka yang keberadaannya sangat dilindungi. Lamanya siklus hidup penyu yang mencapai sekitar 200 tahun mengakibatkan perkembang biakannya sangat lama.
Penyu akan bertelur pada usia 20 atau 25 tahun. Sekali bertelur, penyu dapat menghasilkan sekitar 100 butir telur. Namun sayangnya, dari sekian banyak telur-telur yang menetas, yang dapat bertahan hidup hanya sekitar 1 atau 2 ekor saja. Hal ini diakibatkan banyaknya predator yang memangsa tukik atau anak-anak penyu yang baru menetas.
Menurut Cithra, penyu yang bertelur di Pulau Kasiak tersebut diduga merupakan jenis penyu hijau. Proses penyu bertelur memakan waktu sekitar 2 jam. Meskipun demikian, untuk melihat kejadian yang langka ini banyak anggota MSDC yang rela menunggu hingga penyu bertelur sampai proses kembali ke laut.
Kegiatan terakhir yang menjadi pemisah kebersamaan di pulau Kasiak adalah Fun Diving. Ketua Umum MSDC, Gian Fahmi Siregar menilai, Diving merupakan olahraga yang menyenangkan. Terlebih lagi dengan diving dapat melihat kehidupan bawah air yang jarang dapat dinikmati oleh semua orang. Meskipun terlihat gampang, olahraga selam memiliki banyak peraturan dan teknik yang harus di perhatikan dan di taati terutama bagi penyelam pemula.(diah-gsj/dac)



Tahun Baru, Merapi Ramai Di Kunjungi



    SEKITAR 820 orang para pendaki, ramai mengunjungi gunung merapi untuk menyambut datangnya tahun 2013.Gunung yang berada dekat dengan kota Bukittinggi, tepatnya di sekitar Kabupaten Agam dan Tanah Datar, Sumatra Barat itu terhitung sejak abad 18 hingga 2008 tercatat kira-kira sudah 454 kali meletus. Sebanyak, 50 kali diantaranya dalam skala besar, sedangkan sisanya dalam skala kecil dengan mengeluarkan abu belerang.
Mekipun Upika (Unsur Pimpinan Kecamatan) Kecamatan X Koto telah mengatakan status gunung merapi itu waspada level 2, akan tetapi para pendaki tetap melakukan pendakiannya karna sudah jauh-jauh datang dari berbagai daerah.
Pendakian ramai dikunjungi mulai dari tanggal 30 Desember 2012 sampai dengan tanggal 2 Januari 2013. Para pendaki yang datang tidak hanya berasal dari Sumatra Barat saja, akan tetapi juga berasal dari berbagai daerah dan juga berbagai komunitas-komunitas pecinta alam. Seperti halnya Klayapan, Slankers, Himpala dari Semarang, bahkan juga ada turis manca negara yang berasal dari Perancis juga turut memeriahkan acara tahun baru di Gunung Merapi.
"Setiap pendaki apabila akan melakukan pendakian harus registrasi terlebih dahulu di pos lapor yang telah di sediakan. Begitu juga apabila akan turun juga harus melaporkan kepada petugas pos agar tidak terjadi yang tidak di inginkan." ujar Indra Rahman selaku petugas pos.
Walaupun petugas telah melarang para pendaki agar menjauhi kawah dalam radius 100 meter, akan tetapi para pendaki tetap nekad melakukan pendakian hingga mencapai Taman Edelwis yang letaknya di sebalik kawah tersebut. Karna pendaki yang tidak mematuhi aturan-aturan itu, salah seorang pendaki yang berasal dari Kota Bukittinggi terjatuh kedalam jurang yang berketinggian lebih kurang 10 meter. Hingga akhirnya tim SAR bergegas melakukan penyelamatan darurat kepada korban dan akhirnya berhasil di selamatkan.(boim-gsj/dac)




Film Animasi Lingkungan yang Edukatif



SALAH satu karya anak bangsa yang patut dipuji, yaitu sebuah karya film animasi bertajuk lingkungan. Bertempat di gedung Indonesia Mengungat Kota Bandung, Jumat ( 28/12) jalan Perintis Kemerdekaan no 5. Diadakan peluncuran Film animasi yang berjudul “Petualangan Banyu dan Elektra Menyalakan Kota"
Film animasi bertajuk lingkungan ini digagas oleh Komunitas Sahabata Kota dan Greeneration Indonesia, sebuah komunitas yang ada di kota Bandung.
Film yang ditujukan untuk anak usia 8-12 tahun ini, bertemakan mengenai energi khusunya listrik dan memberikan pesan bagaimana cara melakukan penghematan energi dan mengunakan energi dengan bijak sehingga tidak terbuang dengan percuma.
"Film ini memang ditujukan untuk anak-anak, karena merekalah yang akan melanjutkan kehidupan," ungkap Shelly Asmauliyah Koordinator dari program Petualangan Banyu.
Tema energi yang diangkat dalam film ini tentunya sangat bermanfaat sekali untuk pengetahuan publik khususnya anak dibawah umur. Sebab selain isu lingkungan global warming, climate of change, efek rumah kaca, pemborosan energi adalah satu satu hal yang ramai dibicarakan belakangan ini.
Menurutnya, film ini pasti berpengaruh dan cara menginformasikan isu lingkungan kepada anak-anak tidak musti kompleks, tetapi sedikit demi sedikit.
Film yang edukatif ini mendapat sambutan yang luar biasa, hal ini terlihat dari antusias peserta saat peluncuran film yang dihadiri dari berbagai latar belakang seperti guru sekolah dasar, ibu rumah tangga dan juga dihadiri oleh WWF.
Kandi Sekarwulan yang merupakan Koordinator Komunitas Sahabat Kota mengatakan, film animasi Petualangan Banyu dan Elektra menyalakan kota ini merupakan edisi ketiga setelah petualangan banyu di negeri sampah 2011 dan petualangan banyu bersama titik air 2009.
Selain film ini, Komunitas Sahabat Kota juga membuat modul edukatif yang sesuai dengan misi mereka, yaitu mengoptimalkan tumbuh kembang anak dalam konteks lingkungan kota dengan cara meluncurkan paket modul edukasi untuk memahami isu  energi yang dapat digunakan sebagai media pendidikan disekolah maupun luar sekolah.
Dan untuk mempromosikan film ini mereka juga akan melakukan roadshow ke 10 sekolah yang ada di Kota Jakarta dan Bandung. Tentunya, cara-caar kreatif dan inovatif seperti ini dapat dijadikan contoh dan cara yang sangat menarik untuk memberikan pengetahuan dan penjelasan kepada anak dibawah umur mengenai masalah lingkungan yang memang cukup berat untuk dipahami dan mereka mengerti, tetapi dengan adanya film  animasi seperti ini mereka akan mendapatkan gambaran terhadap masalah lingkungan yang sedang dihadapi dunia.
Terus sayangi lingkungan dan hemat pengunaan energi, demi kelangsungan anak cucu dimasa depan. (edo janfien-GSJ/dac)




Kertas dari Kotoran Hewan



MUNGKIN terdengar kurang sedap, apabila membayangkan kertas yang digunakan terbuat dari kotoran hewan. Namun, hal ini sudah tidak asing lagi terutama di pulau jawa. Banyak inovasi-inovasi yang sudah berkembang termasuk kertas terbuat dari kotoran hewan.
Kania Marta yang merupakan salah satu aktifis lingkungan asal Bandung mengatakan bahwa pengolahan limbah kotoran menjadi kertas bukanlah hal baru. Namun aktivitas ini menjadi populer ketika Mahima Mehra,seorang wanita asal India yang memfokuskan diri untuk memproduksi kertas dari kotoran gajah.
Pedagang kertas yang berbasis di Delhi ini telah lama beralih pada kotoran gajah sebagai bahan baku. Gagasan ini sebenarnya bukan hal baru. Produsen kertas di Sri Lanka, Thailand, Malaysia, dan bahkan Amerika Serikat (AS) telah menggunakan kotoran binatang berkulit tebal sebagai bahan baku kertas.
Diperkirakan, kotoran satu ekor gajah di Lampang, Thailand, bisa diolah menjadi 115 lembar kertas tiap hari. Satu gumpal kotoran gajah bisa dibuat lima lembar kertas ukuran besar atau setara 10 lembar kertas ukuran koran. Sementara, Ellie Pooh dari Sri Lanka memproduksi kertas daur ulang di mana 75 persen bahan bakunya berasal dari kotoran gajah. Produknya dijadikan kerajinan tangan dan tidak mengandung racun.
Di Indonesia, pembuatan kertas dari kotoran hewan sudah banyak disosialisasikan. Dari beberapa sumber yang didapat, Taman Safari Indonesia di Kabupaten Bogor, Jawa Barat sudah mengembangkan inovasi ini. Hal ini berpotensi karena Taman Safari Indonesia memiliki sekitar 40 gajah yang setiap harinya menghasilkan limbah kotoran hingga empat ton. Dahulu, kotoran ini ditampung dan didaur ulang untuk kompos saja.
Namun, sejak beberapa bulan terakhir, mereka mulai memanfaatkannya untuk membuat kertas daur ulang. Sebelum dijadikan sebagai bahan baku pembuatan kertas, kotoran gajah harus dicuci terlebih dulu untuk kemudian diambil seratnya. Serat kotoran gajah yang telah dipilih kemudian direbus selama kurang lebih satu jam untuk menghilangkan bau dan memastikan kebersihan serat dari kotoran gajah ini.
Kotoran gajah bukanlah bahan satu-satunya dalam pembuatan kertas daur ulang ini, dengan komposisi yang telah ditentukan, petugas mencampurkan kertas bekas sebagai bahan tambahan. Kertas yang sudah berbentuk bubuk kemudian dicetak dengan ukuran sekitar 40x50 cm. Di tahap ini sudah tidak lagi terlihat bahwa bubuk berasal dari limbah yang sangat kotor. Lembaran kertas yang sudah berbentuk ini kemudian dijemur di dalam ruangan yang diberi atap transparan dan tidak terkena sinar matahari langsung. Setiap hari setidaknya ada 210 lembar kertas yang bisa mereka hasilkan.
Dengan adanya inovasi ini, kita berharap dengan pembuatan kertas dari kotoran hewan sekiranya dapat mengurangi penggunaan kertas yang berasal dari kayu, yang selama ini kita tahu menjadi salah satu alasan utama adanya penebangan hutan.(melati-gsj/dac)






Mengisi Liburan dengan Bertafakur Alam




Liburan sekolah selalu menjadi momen yang menyenangkan. Ketika liburan, kita sejenak keluar dari zona hiruk pikuk aktivitas yang menguras tenaga. Namun terkadang, kita melewatkan momen istimewa ini dengan kegiatan kurang bermanfaat. Suasana alam dan jauh dari rutinitas tentunya menjadi sesuatu yang diinginkan.

Ahad (23/12) ini, Forum Silaturrahim Remaja Masjid Muthmainnah ( FSRMM ) mengadakan kegiatan tahunan yakni Tafakur Alam. Kegiatan ini bertujuan bukan hanya mengisi liburan saja tetapi juga membina para remaja baik dibidang keislaman dan menjadikan momen liburan menjadi bermanfaat dan menyenangkan dengan menyatu dengan alam sesuai dengan namanya yakni Tafakur Alam, maksudnya adalah berpikir dan merenungkan ciptaan Allah SWT yakni alam dan sekitarnya.

Tafakur Alam ini dilaksanakan bertempat di Desa Muaro Jalai, Kabupaten Kampar.  Acara ini yang diikuti seluruh anggota FSRMM yang terdiri dari siswa SMA dan Mahasiswa di Pekanbaru ini, dilaksanakan dua hari yakni 22 – 23 Desember 2012.

Pada hari pertama, anggota putra mengikuti camping yang diawali dengan keberangkatan para anggota putra pada Sabtu sore menggunakan bus menuju Desa Muaro Jalai, Kabupaten Kampar. Dan malamnya diadakan Tabligh Akbar yang diisi oleh Ust. Mushafa Umar Lc.Ma yang merupakan ulama riau, sekaligus penasihat Forum Silaturrahim Remaja Masjid Muthmainnah (FSRMM).

Keesokan harinya bertepatan Ahad 23 Desember 2012 ini, kegiatan inti dimulai yakni diawali keberangkatan para anggota putri ketempat kegiatan di Desa Muaro Jalai.  Dan kegiatan ini adalah yang paling ditunggu-tunggu, yaitu tracking menyusuri desa dan suasana alam dengan berbagai tantangan outbound dan pertanyaan yang diajukan setiap posko.

“Acara ini insyaAllah sukses, walaupun dengan arena tracking cukup menantang karena pengaruh cuaca saat ini tidak akan menghalangi langkah kami untuk mensukseskan acara ini,” ujar Diki, salah satu mentor FSRMM begitu bersemangat.

(FOTO : Tafakur Alam tahun lalu)




Young Hero : Bangga Jadi Duta Sanitasi




Panggil saja namanya Nisa. Ia adalah salah satu siswi SMP Negeri 4 Pekanbaru yang saat ini duduk dibangku kelas IX. Gadis manis bernama lengkap Annisa Wyndaria, mengaku sangat bangga ketika dirinya dinobatkan menjadi Duta Sanitasi 2012 pada Juni 2012 lalu di Jakarta. Acara yang diadakan Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang ini, diawali dengan kompetisi karya tulis dan poster yang hasilnya diumumkan skala nasional. Menurutnya, ini kali pertama ia bisa mewakili sekolahnya ditingkat nasional.
Gadis yang lahir 15 Februari 1998 lalu, memiliki hobi melukis. “Karena melukis inilah yang membuat saya menang,” tuturnya pada tim Gsj.
Pada kegiatan itu, Nisa mengajukan poster terbaik hasil lukisannya dengan tema MCK (mandi, cuci, kakus).
“Saya biasanya membantu orangtua dirumah, dengan rutin membersihkan selokan area komplek rumah, buang sampah pada tempatnya, dan merawat tanaman, walaupun sederhana tindakan kita ini sangat berarti,” sahut Gadis yang jago basket ini.

Ia berharap untuk kedepan, sekolahnya dapat mendukung dan membuat program kegiatan lingkungan yang mengikut sertakan para warga sekolahnya (melati-gsj)






 
Design by Green Student Journalists | Bloggerized by Lasantha - Tebarkan virus cinta lingkungan | student_lovers_enviroment, Riau Province